Kamis, 18 Mei 2017

PRAKTEK MANDIRI KBI DAN KBE OLEH HELMI NOR MAYA STIKES DARUL AZHAR BATULICIN PRODI D3 KEBIDANAN



Mata Kuliah : Kegawatdaruratan  Neonatal dan Maternal
Dosen Pengampu : Lidia Widia, S,ST.M.Kes





Kompresi Bimanula Internal Dan Eksternal
BAB I
PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal dalam kehidupan. Namun dapat menjadi patologis atau tidak normal sesuai dengan kondisinya. Bidan sebagai tenaga medis terdepan ditengah masyarakat memegang peranan yang sangat penting untuk dapat memberi pendidikan kepada masyarakat, sehingga dapat ikut serta menurunkan angka kemantian ibu ( AKI ) dan angka kematian bayi ( AKB ).  Dalam melakukan asuhan pada kala I,II,III,dan IV harus diberikan sesuai dengan kebutuhan klien.

Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Rata-rata lama kala III berkisar 15-30 menit, baik pada primipara maupun multipara. Rata-rata kematian pada ibu dialami pada kala III, salah satu penyebabnya adalah atonia uteri atau suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali.
Keadaan ini dapat terjadi apabila uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil fundus uteri dan untuk mengatasinya segera dilakukan kompresi bimanual internal ( KBI ) dan kompresi bimanual eksternal (KBE).
    B.   Rumusan Masalaha
1.    Apa yang dimaksud dengan kompresi bimanual ?
2.    Bagaimana langkah dalam melakukan KBI dan KBE?
    C.  Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui maksud dari kompresi bimanual.
2.    Untuk mengetahui bagaimana langkah dalam melakukan KBI dan KBE
BAB II
PEMBAHASAN

KOMPRESI BIMANUAL INTERNAL DAN EKSTERNAL

Kompresi bimanula adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menghentikan perdarahan secara mekanik. Proses mekanik yang digunakan adalah dengan aplikasi tekanan pada korpus uteri sebagai upaya pengganti kontraksi miometrium(yang semantara waktu tidak berkontyraksi). Kontraksi miometrium dibutuhkan untuk menjepit anyaman cabang-cabang pembuluh darah besar yang berjalan diantaranya.
Proses ini dilakukan dari luar (KBE) atau dari dalam (KBI), tergantung tahapan upaya mana yang memberikan hasil atau dapat mengatasi perdarahan yang terjadi. Bila kedua cara itu tidak berhasil, segera lakukan usaha lanjutan yaitu kompresi aorta abdominalis.
Pada keadaan yang sangat terpaksa dan tempat rujukan yang sangat jauh, walaupun bukti-bukti keberhasilan kurang mendukung, tetapidapayt dilakukan tindakan alternatif yaitu pemasangan tampon padat uterovagina dan kompresi eksternal.
Upaya-upaya tersebut diatas sebaiknya dikombinasikan dengan uterotonika (oksitosin 20 IU, ergometrin 0,4 mg dan / atau mesopostrol 600 mg).
Indikasi
Perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri. Kompresi bimanual dilakukan jika terjadi atonia uteri pasca persalinan. Dalam kaput ini, uterus tidak berkontraksi dengan penatalaksanaan aktif kala III selama 15 detik setelah plasenta lahir.
1.    Kaji ulang indikasi
2.    Kaji ulang prinsip dasar perawatan
3.    Berikan dukungan emosional/ psikologis ibu
4.    Cegah infeksi sebelum tindakan
5.    Kosongkan kandung kemih, pastikan perdarahan karena atonia uteri
6.    Segera lakukan KBI selama 5 menit jika perdarah karena atonia uteri
7.    Pastikan plasenta lahir lengkap
     A.  Kompresi Bimanual Internal (KBI)
1.    Pakai sarung tangan DTT atau steril. Dengan lembut masukkan secara obstetri, tangan (menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus kedalam vagina ibu.
2.    Periksa vaginan dan servik jika ada selaput ketuban atau bengkuan darah pada kavum uteri mungkin hal ini yang menyebabkan uterus tidak berkontraksi secara penuh atau sempurna.
3.    Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada vorniks anterior tekanan dinding anterior uterus kearah tangan luar yang menahan, dan mendorong didnding posterior uterus kearah depan sehingga uterus tertekan dari arah depan belakang
4.    Tekan kuat uterus dikedua tangan. Kompresi uterus memberikan tekanan langsung pada pembulih darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) didinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
Evaluasi Keberhasilan
1.    Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang teruskan melakukan KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dan pantaukan ibu secara melekat selama kala IV
2.    Jika uterus berkontraksi tetapi perdarahan masih berlangsung, periksa ulang perinium, vagina dan servik apakah terjadi laserasi. Jika terjadi laserasi segera lakukan penjahitan untuk menghentikan perdarahan.
3.    Jika uterus tidak berkontraksi selama 5 menit ajarkan keluarga untuk melakukan KBE kemudian lakukan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta keluarga mulai menyiapkan rujukan.
4.    Berikan ergometrin 0,2 mg IM atau mesopostrol 600-1000 mcg / rektal. Jangan berikan er\gometrin pada ibu dengan hipertensi karena ergometrin dapat meningkatkan tekanan darah.
5.    Gunakan jarum berdiameter besar ukuran (16-18) pasang infus dan berikan larutan RL yang mengandung oksitosin 20 IU. Jarum berdiameter besar memungkinkan pemberian larutan infus secara IV dengan cepat dan dapat dipakai untuk transfusi darah (jika diperlukan). Oksitosin dapat merangsang uterus, sedangakan cairan RL dapat berfungsi sebagai rehidrasi volume cairan yang hilang akibat perdarahan.
6.    Jika uterus tidak berkontraksi dalam 1-2 menit, segera rujuk ibu karena hal ini mengindikasikan bahwa keadaan tersebut bukan atonia biasa. Ibu memerlukan tindakan kegawatdaruratan segera difasilitas rujukan yang mampu melakukan tindakan operatif dan transfusi darah.
7.    Sambil membawa ibu ketempat rujukan teruskan tindakan KBI dan infus cairan sampai tempat rujukand engan pertimbangan: infus 500 ml pertama harus habis dalam 10 menit, berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba ditempat rujukan atau hingga cairan yang diinfuskan 1,5 liter dan kemudian lanjutkan dalam 125 cc/jam. Jika cairan infus tidak mencukupi, infus 500 ml ( botol ke 2) cairan infus dengan tetesan sedang dan ditambah dengan pemberian peroral untuk dehidrasi.
     B.   Kompresi Bimanual Eksternal
Cara melakukan kompresi bimanual eksterna:
1.    Penolong berdiri menghadap sisi kanan pasien
2.    Tekan ujung jari telunjuk, tengah, dan jari manis salah satu tangan disimfisis dan umbilikus pada korpus depan bawah sehingga fundus uterus naik kearah dinding abdomen.
3.    Letakkan sejauh  mungkin telapak tangan lain dikorpus uterus bagian belakang dan dorong uterus ke arah korpus depan.
4.    Geser parlahan-lahan ujung ketiga jari tangan pertama kearah fundus sehingga telapak tangan dapat menekan korpus uterus bagian depan
5.    Lakukan kompresi korpus uterus dengan jalan menekan dinding belakang dan dinding depan uterus dengan telapak tangan kiri dan kanan (mendekatkan tangan belakang dan depan)
6.    Perhatikan pendarahan. Bila pendarahan berhenti, pertahankan posisi tersebut hingga uterus dapat berkontraksi dengan baik. Bila perdarahan belum berhenti, lanjutkan tindakan pertolongan berikutnya.
BAB III
PENUTUP
   A.  Kesimpulan
Kompresi bimanula adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menghentikan perdarahan secara mekanik. Kompresi bimanual ini terbagi menjadi 2, yaitu kompresi bimanual internal dan eksternal. Kompresi bimanual dilakukan dengan meletakkan tangan luar dibelakang uterus dan menekannya terhadap tangan lain yang terletak dalam vagina pada forniks vaginae anterior dan dikepal menjadi tinju. Komprosi ini dilakukan antara 2 tangan sampai perdarahan berhenti.
    B.   Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dalam pembuatan makalah ini kami tidak luput dari kesalahan.
Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Sumarah, dkk. 2009. Perawatan ibu bersalin. Yogyakarta : Fitramaya
Rohani, dkk. 2011. Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Jakarta : Salemba Medika
Setyorini, Retno Heru. 2013. Belajar tentang persalinan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sulistyawati, Ari dkk. 2010. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin. Jakarta : Salemba Medika


VIDIO

Jumat, 12 Mei 2017

PENGABDIAN MASYARAKAT PENYAKIT TUBERCULOSIS OLEH HELMI NOR MAYA STIKES DARUL AZHAR BATULICIN




 Jurnal pengabdian masyarakat


PENYULUHAN PENYAKIT TUBERCULOSIS
DI DESA TUNGKARAN PANGERAN  KEC. SIMPANG EMPAT
KAB. TANAH BUMBU

Helmi Nor Maya
Program Studi DIII Kebidanan
STIKES Darul Azhar Batulicin
Email : Helminormaya97@gmail.com


ABSTRAK

 

TBC adalah suatu penyakit yang menular yang disebabkan oleh kuman atau baksil TBC, penyakit ini bukan penyakit keturunan atau bukan disebabkan oleh kutukan atau guna-guna biasanya TBC menyerang paru-paru tetapi dapat juga menyerang bagian tubuh lainnya, seperti kelenjar getah bening, selaput otak, kulit, tulang, dan lain-lain.  Kegiatan pengabdian dilatar belakangi dari pemikiran bahwa perlunya penyuluhan tentang  penyakit  Tuberculosis  di desa Tungkaran Pangeran Kecamatan Simpang  Empat  Kabupaten Tanah Bumbu karena ada beberapa masyarakat yang mengalami penyakit TBC. Rumusan masalah dalam pengabdian ini adalah : 1) Sasaran dapat mengetahui definisi TBC. 2) dapat mengetahui  penyebab  penyakit TBC. 3) dapat mengetahui  tanda dan gejala penyakit TBC. 4) dapat mengetahui  bagaimana proses terjadinya  penularan penyakit TBC. 5) Sasaran dapat mengetahui cara memastikan penyakit TBC. 6) Sasaran dapat mengetahui bagaimana pencegahan penularan TBC. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dalam bentuk suatu penyuluhan selama 60 menit dengan anggota sebanyak 10 orang yang dilaksanakan di kantor kelurahan desa tungkaran pangeran. Metode yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan pengabdian ini adalah metode ceramah, tanya jawab. Berdasarkan pengamatan selama kegiatan pengabdian kepada masyarakat berlangsung, diperoleh beberapa hasil yang positif, diantaranya adalah: 1). Para peserta menunjukkan perhatian yang sangat tinggi terhadap materi pengabdian yang disampaikan oleh tim pengabdian. 2). Para peserta menunjukkan reaksi yang positif terhadap penyuluhan yang diberikan.  3). Para peserta aktif bertanya dan mengungkapkan masalah-masalah yang dialaminya selama ini. Hasil dari kegiatan pengabdian ini adalah bertambahnya wawasan masyarakat desa tungkaran pangeran tentang penyakit Tuberculosis.

  Kata Kunci : Tuberculosis


PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

 

 

METODE PELAKSANAAN

             Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dalam bentuk suatu penyuluhan  dengan cara penyampaian materi melalui powerpoint dan pembagian rifleat  serta tanya jawab.

Realisasi Pemecahan  Masalah.

Kegiatan yang dilakukan dalam mencapai tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah sebagai berikut:
1.       Persiapan.
a.    Mengurus surat izin dan surat tugas untuk melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
b.    Menghubungi Kepala Desa Tungkaran Pangeran, Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu menetapkan jumlah peserta dan jadwal pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat.
2.       Pelaksanaan.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada tanggal  23 Maret 2017 di Kantor Desa Tungkaran Pangeran Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu.

Khalayak Sasaran.

Sebagai peserta dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat  Desa Tungkaran Pangeran Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu.

Metode yang digunakan.

Metode yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan pengabdian ini adalah metode ceramah, dengan menampilkan powerpoint dan membagikan rifleat serta tanya jawab.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan selama kegiatan pengabdian kepada masyarakat berlangsung,  diperoleh beberapa hasil yang positif, diantaranya adalah:
1.              Para peserta menunjukkan perhatian yang sangat tinggi terhadap materi pengabdian yang disampaikan oleh tim pengabdian.
2.              Para peserta menunjukkan reaksi yang positif terhadap materi penyuluhan yang diberikan.
3.              Para peserta aktif bertanya dan mengungkapkan  masalah-masalah yang dialaminya selama ini.
4.              Para peserta terlihat kompak dan menjalin kerja sama yang cukup baik dalam penyuluhan.
Ditinjau dari segi materi pengabdian yang disampaikan, banyak pengalaman atau pengetahuan baru yang diperoleh oleh  para masyarakat di Desa Tungkaran Pangeran Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Sebaliknya bagi tim pengabdian juga memperoleh beberapa input yang bermanfa’at tentang berbagai keluhan masyarakat Desa Tungkaran Pangeran Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Semua pengalaman tersebut dapat tim pengabdian gunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di masa- masa yang akan datang.
Secara  umum  kegiatan  pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh tim pengabdian masyarakat ini tidaklah menemukan kendala yang cukup berarti, dalam artian bahwa pelaksanaan kegiatan ini cukup lancar. Hanya saja karena keterbatasan dana untuk pelaksanaan pengabdian ini, maka menyebabkan keterbatasan bentuk, jenis, dan waktu pelaksanaan kegiatan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian yanag telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat:
1.              Meningkatkan pengetahuan bagi masyarakat Desa Tungkaran Pangeran Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan.
2.              Meningkatkan semangat masyarakat demi menjaga kesehatan dan kebugaran tubuhya.
Berdasarkan kepada hasil yang diperoleh maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1.  Berdasarkan permintaan dari peserta, hendaknya kegiatan-kegiatan seperti ini dapat ditingkatkan frekuensi pelaksanaannya.
2.  Biaya untuk pelaksanaan kegiatan ini hendaknya lebih ditingkatkan, sehingga dapat melaksanakan kegiatan lebih variatif dan waktu lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA

 

Anies, 2006, Waspada Ancaman Penyakit  Menular, PT Elex Media Komputiondo, Jakarta
Arrosyid Z, 2007, Mengenal Tuberculosis , http//:www.yahoo.com.
Brunner & suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol 2, EGC, Jakarta
Bustan MN, 2000, Epidemiologi Penyakit Menular, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Bustan MN, 2002, Pengantar Epidemiologi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Lovastin K, 2006, Penyakit Tuberculosis , Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta
Mansjoer Arif dkk; 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Media Aesculapius FKUI, Jakarta
Marliani L & Tatan S, 2007, 100 Question & Answers Tuberculosis, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta
Notoatmodjo S, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta


 VIDEO











Minggu, 23 April 2017

PART 2 MANUAL PLASENTA OLEH HELMI NOR MAYA #STIKES DARUL AZHAR BATULICIN # D3 KEBIDANAN


Mata Kuliah : Kegawatdaruratan Neonatal dan Maternal
Dosen Pengampu : Lidia Widia, S,ST.M.Kes


Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi manual plasenta tidaklah sukar, tetapi harus dipikirkan bagaimana persiapan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita. (Manuaba, IBG)
 
Indikasi Manual Plasenta
Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan dengan :
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus dikarenakan:
  • Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta. 
  • Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium. 
  • Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion plaSenta hingga mencapai/memasuki miometrium. 
  • Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus. 
  • Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta didalam kavum uteri yang disebabkan oleh konstriksi ostium uteri. 
2. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan
3. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
4. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan
  • Darah penderita terlalu banyak hilang, 
  • Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi, 
  • Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.  
Patologis 
Manual plasenta dapat segera dilakukan apabila : 
  • Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang. 
  • Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc 
  • Pada pertolongan persalinan dengan narkosa. 
  • Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam. 
Tanda dan Gejala Manual Plasenta 
Tanda dan gejala manual plasenta antara lain : 
  • Adanya riwayat multiple fetus dan polihidramnion 
  • Plasenta tidak dapat lahir spontan setelah bayi lahir (lebih dari 30 menit) 
  • Timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan 
  • Plasenta tidak ditemukan didalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel didalam uterus. 
  • Perdarahan yang lama lebih dari 400 cc setelah bayi lahir Setelah mengetahui tanda dan gejala manual plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan lebih dari 400 cc jika masih terdapat kesempatan penderita untuk dapat dikirim ke puskesmas atau rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang adekuat. Dalam melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan memasang infus dan memberikan cairan serta dalam merujuk didampingi oleh tenaga kesehatan sehingga dapat memberikan pertolongan darurat. 
Komplikasi Tindakan Manual Plasenta 
Tindakan plasenta manual dapat menimbulkan komplikasi, terjadinya perforasi uterus misalnya : 
  • Terjadinya infeksi : terdapat sisa plasenta atau membrane dan bakteria terdorong ke dalam rongga rahim 
  • Terjadi perdarahan karena atonia uteri. 
Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan profilaksis dengan memberikan uterotonika intravena dan intamuskular misalnya dengan : 
  • Memasang tamponade uterovaginal 
  • Memberikan antibiotika 
  • Memasang infus dan persiapan transfusi darah 
Prosedur Manual Plasenta
  • Pasang set dan cairan infus RL/NaCl 
  • Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan 
  • Lakukan anestesia verbal atau analgesia per rektal 
  • Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi 
  • Pastikan kandung kemih kosong karena kandung kemih yang penuh dapat menggeser letak uterus. 
  • Lakukan bila plasenta tidak lahir setelah 30 menit bayi lahir dan telah disertai manajeman aktif kala III. 
  • Dan atau tidak lengkap keluarnya plasenta dan perdarahan berlanjut. 
  • Lakukan persetujuan tindakan medis (informed consent). 
  • Berikan sedatif diazepam 10 mg IM/IV. 
  • Antibiotika dosis tunggal (profilaksis): Ampisilin 2 g IV + metronidazol 500 mg IV, ATAU Cefazolin 1 g IV + metronidazol 500 mg IV 
  • Cuci tangan dan pasang sarung tangan panjang steril. 
  • Jepit tali pusat dengan klem dan tegangkan sejajar dengan lantai. 
  • Masukkan tangan dalam posisi obstetri dengan menelusuri bagian bawah tali pusat. 
  • Tangan sebelah dalam menyusuri tali pusat hingga masuk ke dalam kavum uteri, sedangkan tangan di luar menahan fundus uteri, untuk mencegah inversio uteri. Menggunakan lateral jari tangan, disusuri dan dicari pinggir perlekatan (insersi) plasenta. 
  • Tangan obstetri dibuka menjadi seperti memberi salam, lalu jari-jari dirapatkan. 
  • Tentukan tempat implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah. 
  • Gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke arah kranial hingga seluruh permukaan plasenta dilepaskan. 
  • Jika plasenta tidak dapat dilepaskan dari permukaan uterus, kemungkinan plasenta akreta. Siapkan laparotomi untuk histerektomi supravaginal. 
  • Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta. 
  • Pindahkan tangan luar ke suprasimfisis untuk menahan uterus saat plasenta dikeluarkan. 
  • Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus.
  • Periksa plasenta lengkap atau tidak, bila tidak lengkap, lakukan eksplorasi ke dalam kavum uteri. 
Masalah:
  • Jika plasenta tertinggal karena cincin konstriksi atau apabila beberapa jam atau hari telah berlalu setelah persalinan, tidak memungkinkan untuk seluruh tangan dapat masuk ke dalam uterus. Keluarkan fragmen plasenta menggunakan 2 jari, forsep ovum, atau kuret. 
  • Dalam hal perdarahan dan sulit menentukan batas antara desidua dan plasenta, segera rujuk Komplikasi: refleks vagal, infeksi, perforasi 
Pasca Manual Plasenta
  • Berikan oksitosin 10 unit dalam 500 mL cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) 60 tetes/menit + masase fundus uteri untuk perangsangan kontraksi.
  • Bila masih perdarahan banyak: 
          o Berikan ergometrin 0,2 mg IM. 
          o Rujuk ibu ke rumah sakit.
          o Selama transportasi, rasakan apakah uterus berkontraksi baik. 
          o Bila tidak, tetap lakukan masase ``dan beri ulang oksitosin 10 unitIM/IV. 
          o Lakukan kompresi bimanual atau kompresi aorta bila perdarahan lebih hebat berlangsung 
Sumber 
Lutan D, 1998. Sinopsis Obstetri.Jakarta: EGC 
Manuaba IBG, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC 
Saifuddin, AB,dkk. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Sarwono Prawiroharjo 
www.edukia.com