Minggu, 23 April 2017

PART 2 MANUAL PLASENTA OLEH HELMI NOR MAYA #STIKES DARUL AZHAR BATULICIN # D3 KEBIDANAN


Mata Kuliah : Kegawatdaruratan Neonatal dan Maternal
Dosen Pengampu : Lidia Widia, S,ST.M.Kes


Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi manual plasenta tidaklah sukar, tetapi harus dipikirkan bagaimana persiapan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita. (Manuaba, IBG)
 
Indikasi Manual Plasenta
Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan dengan :
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus dikarenakan:
  • Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta. 
  • Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium. 
  • Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion plaSenta hingga mencapai/memasuki miometrium. 
  • Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus. 
  • Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta didalam kavum uteri yang disebabkan oleh konstriksi ostium uteri. 
2. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan
3. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
4. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan
  • Darah penderita terlalu banyak hilang, 
  • Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi, 
  • Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.  
Patologis 
Manual plasenta dapat segera dilakukan apabila : 
  • Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang. 
  • Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc 
  • Pada pertolongan persalinan dengan narkosa. 
  • Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam. 
Tanda dan Gejala Manual Plasenta 
Tanda dan gejala manual plasenta antara lain : 
  • Adanya riwayat multiple fetus dan polihidramnion 
  • Plasenta tidak dapat lahir spontan setelah bayi lahir (lebih dari 30 menit) 
  • Timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan 
  • Plasenta tidak ditemukan didalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel didalam uterus. 
  • Perdarahan yang lama lebih dari 400 cc setelah bayi lahir Setelah mengetahui tanda dan gejala manual plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan lebih dari 400 cc jika masih terdapat kesempatan penderita untuk dapat dikirim ke puskesmas atau rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang adekuat. Dalam melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan memasang infus dan memberikan cairan serta dalam merujuk didampingi oleh tenaga kesehatan sehingga dapat memberikan pertolongan darurat. 
Komplikasi Tindakan Manual Plasenta 
Tindakan plasenta manual dapat menimbulkan komplikasi, terjadinya perforasi uterus misalnya : 
  • Terjadinya infeksi : terdapat sisa plasenta atau membrane dan bakteria terdorong ke dalam rongga rahim 
  • Terjadi perdarahan karena atonia uteri. 
Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan profilaksis dengan memberikan uterotonika intravena dan intamuskular misalnya dengan : 
  • Memasang tamponade uterovaginal 
  • Memberikan antibiotika 
  • Memasang infus dan persiapan transfusi darah 
Prosedur Manual Plasenta
  • Pasang set dan cairan infus RL/NaCl 
  • Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan 
  • Lakukan anestesia verbal atau analgesia per rektal 
  • Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi 
  • Pastikan kandung kemih kosong karena kandung kemih yang penuh dapat menggeser letak uterus. 
  • Lakukan bila plasenta tidak lahir setelah 30 menit bayi lahir dan telah disertai manajeman aktif kala III. 
  • Dan atau tidak lengkap keluarnya plasenta dan perdarahan berlanjut. 
  • Lakukan persetujuan tindakan medis (informed consent). 
  • Berikan sedatif diazepam 10 mg IM/IV. 
  • Antibiotika dosis tunggal (profilaksis): Ampisilin 2 g IV + metronidazol 500 mg IV, ATAU Cefazolin 1 g IV + metronidazol 500 mg IV 
  • Cuci tangan dan pasang sarung tangan panjang steril. 
  • Jepit tali pusat dengan klem dan tegangkan sejajar dengan lantai. 
  • Masukkan tangan dalam posisi obstetri dengan menelusuri bagian bawah tali pusat. 
  • Tangan sebelah dalam menyusuri tali pusat hingga masuk ke dalam kavum uteri, sedangkan tangan di luar menahan fundus uteri, untuk mencegah inversio uteri. Menggunakan lateral jari tangan, disusuri dan dicari pinggir perlekatan (insersi) plasenta. 
  • Tangan obstetri dibuka menjadi seperti memberi salam, lalu jari-jari dirapatkan. 
  • Tentukan tempat implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah. 
  • Gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke arah kranial hingga seluruh permukaan plasenta dilepaskan. 
  • Jika plasenta tidak dapat dilepaskan dari permukaan uterus, kemungkinan plasenta akreta. Siapkan laparotomi untuk histerektomi supravaginal. 
  • Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta. 
  • Pindahkan tangan luar ke suprasimfisis untuk menahan uterus saat plasenta dikeluarkan. 
  • Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus.
  • Periksa plasenta lengkap atau tidak, bila tidak lengkap, lakukan eksplorasi ke dalam kavum uteri. 
Masalah:
  • Jika plasenta tertinggal karena cincin konstriksi atau apabila beberapa jam atau hari telah berlalu setelah persalinan, tidak memungkinkan untuk seluruh tangan dapat masuk ke dalam uterus. Keluarkan fragmen plasenta menggunakan 2 jari, forsep ovum, atau kuret. 
  • Dalam hal perdarahan dan sulit menentukan batas antara desidua dan plasenta, segera rujuk Komplikasi: refleks vagal, infeksi, perforasi 
Pasca Manual Plasenta
  • Berikan oksitosin 10 unit dalam 500 mL cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) 60 tetes/menit + masase fundus uteri untuk perangsangan kontraksi.
  • Bila masih perdarahan banyak: 
          o Berikan ergometrin 0,2 mg IM. 
          o Rujuk ibu ke rumah sakit.
          o Selama transportasi, rasakan apakah uterus berkontraksi baik. 
          o Bila tidak, tetap lakukan masase ``dan beri ulang oksitosin 10 unitIM/IV. 
          o Lakukan kompresi bimanual atau kompresi aorta bila perdarahan lebih hebat berlangsung 
Sumber 
Lutan D, 1998. Sinopsis Obstetri.Jakarta: EGC 
Manuaba IBG, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC 
Saifuddin, AB,dkk. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Sarwono Prawiroharjo 
www.edukia.com

PART 1 MANUAL PLASENTA OLEH HELMI NOR MAYA# STIKES DARUL AZHAR BATULICIN# D3 KEBIDANAN


Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi manual plasenta tidaklah sukar, tetapi harus dipikirkan bagaimana persiapan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita. (Manuaba, IBG)
 
Indikasi Manual Plasenta
Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan dengan :
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus dikarenakan:
  • Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta. 
  • Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium. 
  • Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion plaSenta hingga mencapai/memasuki miometrium. 
  • Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus. 
  • Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta didalam kavum uteri yang disebabkan oleh konstriksi ostium uteri. 
2. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan
3. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
4. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan
  • Darah penderita terlalu banyak hilang, 
  • Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi, 
  • Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.  
Patologis 
Manual plasenta dapat segera dilakukan apabila : 
  • Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang. 
  • Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc 
  • Pada pertolongan persalinan dengan narkosa. 
  • Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam. 
Tanda dan Gejala Manual Plasenta 
Tanda dan gejala manual plasenta antara lain : 
  • Adanya riwayat multiple fetus dan polihidramnion 
  • Plasenta tidak dapat lahir spontan setelah bayi lahir (lebih dari 30 menit) 
  • Timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan 
  • Plasenta tidak ditemukan didalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel didalam uterus. 
  • Perdarahan yang lama lebih dari 400 cc setelah bayi lahir Setelah mengetahui tanda dan gejala manual plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan lebih dari 400 cc jika masih terdapat kesempatan penderita untuk dapat dikirim ke puskesmas atau rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang adekuat. Dalam melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan memasang infus dan memberikan cairan serta dalam merujuk didampingi oleh tenaga kesehatan sehingga dapat memberikan pertolongan darurat. 
Komplikasi Tindakan Manual Plasenta 
Tindakan plasenta manual dapat menimbulkan komplikasi, terjadinya perforasi uterus misalnya : 
  • Terjadinya infeksi : terdapat sisa plasenta atau membrane dan bakteria terdorong ke dalam rongga rahim 
  • Terjadi perdarahan karena atonia uteri. 
Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan profilaksis dengan memberikan uterotonika intravena dan intamuskular misalnya dengan : 
  • Memasang tamponade uterovaginal 
  • Memberikan antibiotika 
  • Memasang infus dan persiapan transfusi darah 
Prosedur Manual Plasenta
  • Pasang set dan cairan infus RL/NaCl 
  • Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan 
  • Lakukan anestesia verbal atau analgesia per rektal 
  • Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi 
  • Pastikan kandung kemih kosong karena kandung kemih yang penuh dapat menggeser letak uterus. 
  • Lakukan bila plasenta tidak lahir setelah 30 menit bayi lahir dan telah disertai manajeman aktif kala III. 
  • Dan atau tidak lengkap keluarnya plasenta dan perdarahan berlanjut. 
  • Lakukan persetujuan tindakan medis (informed consent). 
  • Berikan sedatif diazepam 10 mg IM/IV. 
  • Antibiotika dosis tunggal (profilaksis): Ampisilin 2 g IV + metronidazol 500 mg IV, ATAU Cefazolin 1 g IV + metronidazol 500 mg IV 
  • Cuci tangan dan pasang sarung tangan panjang steril. 
  • Jepit tali pusat dengan klem dan tegangkan sejajar dengan lantai. 
  • Masukkan tangan dalam posisi obstetri dengan menelusuri bagian bawah tali pusat. 
  • Tangan sebelah dalam menyusuri tali pusat hingga masuk ke dalam kavum uteri, sedangkan tangan di luar menahan fundus uteri, untuk mencegah inversio uteri. Menggunakan lateral jari tangan, disusuri dan dicari pinggir perlekatan (insersi) plasenta. 
  • Tangan obstetri dibuka menjadi seperti memberi salam, lalu jari-jari dirapatkan. 
  • Tentukan tempat implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah. 
  • Gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke arah kranial hingga seluruh permukaan plasenta dilepaskan. 
  • Jika plasenta tidak dapat dilepaskan dari permukaan uterus, kemungkinan plasenta akreta. Siapkan laparotomi untuk histerektomi supravaginal. 
  • Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta. 
  • Pindahkan tangan luar ke suprasimfisis untuk menahan uterus saat plasenta dikeluarkan. 
  • Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus.
  • Periksa plasenta lengkap atau tidak, bila tidak lengkap, lakukan eksplorasi ke dalam kavum uteri. 
Masalah:
  • Jika plasenta tertinggal karena cincin konstriksi atau apabila beberapa jam atau hari telah berlalu setelah persalinan, tidak memungkinkan untuk seluruh tangan dapat masuk ke dalam uterus. Keluarkan fragmen plasenta menggunakan 2 jari, forsep ovum, atau kuret. 
  • Dalam hal perdarahan dan sulit menentukan batas antara desidua dan plasenta, segera rujuk Komplikasi: refleks vagal, infeksi, perforasi 
Pasca Manual Plasenta
  • Berikan oksitosin 10 unit dalam 500 mL cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) 60 tetes/menit + masase fundus uteri untuk perangsangan kontraksi.
  • Bila masih perdarahan banyak: 
          o Berikan ergometrin 0,2 mg IM. 
          o Rujuk ibu ke rumah sakit.
          o Selama transportasi, rasakan apakah uterus berkontraksi baik. 
          o Bila tidak, tetap lakukan masase ``dan beri ulang oksitosin 10 unitIM/IV. 
          o Lakukan kompresi bimanual atau kompresi aorta bila perdarahan lebih hebat berlangsung 
Sumber 
Lutan D, 1998. Sinopsis Obstetri.Jakarta: EGC 
Manuaba IBG, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC 
Saifuddin, AB,dkk. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Sarwono Prawiroharjo 
www.edukia.com

Selasa, 11 April 2017

Praktik persalinan sungsang STIKES Darul Azhar Batulicin Kebidanan

 


A.13 PERSALINAN SUNGSANG


  • Kaji ulang indikasi. Yakinkan bahwa semua kondisi untuk persalinan aman per vaginam terpenuhi.
  • Berikan dukungan emosional.
  • Persiapan sebelum tindakan: untuk pasien, penolong (operator dan asisten), dan kelahiran bayi.
  • Pasang kanula intravena.
  • Pencegahan infeksi sebelum tindakan.
  • Lakukan semua prosedur dengan halus.
CATATAN: tindakan ini harus dilakukan oleh penolong yang kompeten. Segera rujuk bila tidak mampu.

BOKONG SEMPURNA (FLEKSI KAKI) ATAU BOKONG DENGAN EKSTENSI KAKI (FRANK BREECH)

Print Print
Melahirkan Bokong dan Kaki
  • Jika bokong telah mencapai vagina dan pembukaan lengkap, suruh ibu meneran bersamaan dengan his.Print
  • Jika perineum sangat kaku, lakukan episiotomi.
  • Biarkan bokong turun sampai skapula kelihatan.
  • Pegang bokong dengan hati-hati. Jangan lakukan penarikan.
  • Jika kaki tidak lahir spontan, lahirkan satu kaki dengan jalan:
    • Tekan belakang lutut
    • Genggam tumit dan lahirkan kaki
    • Ulangi untuk melahirkan kaki yang lain
  • Pegang pinggul bayi tetapi jangan tarik dan lahirkan lengan dengan teknik Bracht.ilustrasi WHO revisi 36
Melahirkan Lengan
Lengan berada di dada bayi
  • Biarkan lengan lahir spontan satu demi satu. Jika perlu berikan bantuan.
  • Jika lengan pertama lahir, angkat bokong ke arah perut ibu agar lengan kedua lahir spontan.
  • Jika lengan tidak lahir spontan, tempatkan 1 atau 2 jari di siku bayi dan tekan agar tangan turun melewati muka bayi
Lengan lurus ke atas kepala atau terjungkit di belakang kepala (nuchal arm)
  • Gunakan perasat/cara Lovset
    • Setelah bokong dan kaki bayi lahir, pegang pinggul bayi dengan kedua tangan
    • Putar bayi 180° sambil tarik ke bawah dengan lengan bayi yang terjungkit ke arah penunjuk jari tangan yang menjungkit, sehingga lengan posterior berada di bawah simfisis (depan).
    • Bantu lahirkan dengan memasukkan satu atau dua jari pada lengan atas serta menarik tangan ke bawah melalui dada sehingga siku dalam keadaan fleksi dan lengan depan lahir.
    • Untuk melahirkan lengan kedua, putar kembali 180° ke arah yang berlawanan ke kiri/ke kanan sambil ditarik sehingga lengan belakang menjadi lengan depan dan lahir di depan.
ilustrasi WHO revisi 37ilustrasi WHO revisi 38ilustrasi WHO revisi 39
Badan bayi tidak dapat diputar
  • Jika badan bayi tidak dapat diputar, lahirkan bahu belakang/posterior lebih dahulu dengan jalan:
  • Pegang pergelangan kaki dan angkat ke atas.
  • Lahirkan bahu belakang/posterior.
  • Lahirkan lengan dan tangan.
  • Pegang pergelangan kaki dan tarik ke bawah.
  • Lahirkan bahu dan lengan depan.
Melahirkan kepala (dengan cara Mauriceau Smellie Veit)
  • Masukkan tangan kiri penolong ke dalam vagina.
  • Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-oleh menunggang kuda (untuk penolong kidal letakkan badan bayi di atas tangan kanan).
  • Letakkan jari telunjuk dan jari manis kiri pada maksila bayi dan jari tengah di dalam mulut bayi.
  • Tangan kanan memegang/mencengkam tengkuk bahu bayi, dan jari tengah mendorong oksipital sehingga kepala menjadi fleksi.
  • Dengan koordinasi tangan kiri dan kanan secara hati-hati tariklah kepala dengan gerakan memutar sesuai dengan jalan lahir.
Print
CATATAN: Minta seorang asisten menekan atas tulang pubis ibu sewaktu melahirkan kepala.
  • Angkat badan bayi (posisi menunggang kuda) ke atas untuk melahirkan mulut, hidung, dan seluruh kepala. Lihat gambar berikut.
Kepala yang menyusul
  • Kosongkan kandung kemih.
  • Pastikan pembukaan lengkap.
  • Bungkus bayi dengan kain dan minta asisten memegangnya.
  • Pasang cunam biparietal dan lahirkan kepala dalam keadaan fleksi seperti gambar berikut.
  • Jika cunam tidak ada, tekan suprasimfisis agar kepala fleksi lahir.
lamp a - forsep sungsang

PRESENTASI KAKI(FOOTLING BREECH)

  • Janin dengan presentasi kaki sebaiknyadilahirkan dengan seksio sesarea.Print
  • Persalinan janin bokong kaki per vaginam dibatasi pada:
    • Dalam fase akhir persalinan dan pembukaan lengkap
    • Bayi prematur yang tidak diharapkan hidup
    • Anak kedua pada persalinan ganda
  • Cara persalinan per vaginam:
    • o Genggam pergelangan kaki
    • Tarik bayi hati-hati dengan memegang pergelangan kaki sampai bokong kelihatan
    • Lanjutkan persalinan dengan melahirkan bahu dan kepala

PERAWATAN PASCASALIN

  • Isap lendir mulut dan hidung bayi.
  • Berikan oksitosin 10 unit IM dalam 1 menit sesudah bayi lahir.
  • Klem dan potong tali pusat.
  • Lanjutkan penanganan aktif kala III.
  • Periksa keadaan pasien dengan baik.
  • Lakukan penjahitan robekan serviks atau vagina atau episiotomi.
Komplikasi
  • Prolaps tali pusat
  • Trauma lahir akibat ekstensi lengan atau kepala, dilatasi yang belum lengkap dari serviks, atau disproporsi kepala panggul
  • Asfiksia karena prolaps tali pusat, kompresi tali pusat, head entrapment
  • Kerusakan organ abdomen
  • Cedera leher